Khabib Nurmagomedov, Petarung MMA, Bertarung Melawan Riba : "We Have Become generation Riba"

 

Khabib Nurmagomedov

Khabib Nurmagomedov adalah salah satu petarung Mixed Martial Arts (MMA) paling dominan dalam sejarah. Dikenal dengan gaya bertarungnya yang taktis dan tak terkalahkan, Khabib pensiun dari UFC dengan rekor sempurna 29-0. Dia menjadi juara dunia kelas ringan UFC dan mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan beberapa petarung terbaik seperti Conor McGregor, Dustin Poirier, dan Justin Gaethje. Karier Khabib yang gemilang tidak hanya membuktikan kehebatannya di dalam octagon, tetapi juga mencerminkan prinsip hidupnya yang kuat, termasuk keyakinannya terhadap agama dan etika.

Di luar arena, Khabib dikenal sebagai sosok yang taat agama dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kehidupannya secara pribadi tetapi juga memandu keputusan bisnisnya. Setelah pensiun, Khabib terus memanfaatkan pengaruhnya untuk menyebarkan pesan moral dan spiritual, termasuk dalam hal ekonomi yang beretika, yang terwujud dalam keterlibatannya dalam isu-isu yang menentang riba atau bunga pinjaman.

Khabib : "We Have Become Generation of Riba"

Salah satu langkah penting Khabib di luar dunia olahraga adalah keterlibatannya dalam gerakan anti-riba. Hal ini terlihat dalam video yang dirilis di channel YouTube-nya berjudul "Generation of Riba." Dalam video ini, Khabib memaparkan bagaimana masyarakat modern telah terjebak dalam sistem bunga atau riba, yang ia sebut sebagai salah satu penyebab utama ketidaksetaraan ekonomi di dunia. Video ini menawarkan perspektif bahwa riba bukanlah sekadar sistem keuangan biasa, melainkan sebuah bentuk perbudakan modern yang membuat orang miskin semakin terpuruk dan orang kaya semakin untung.

Khabib menghubungkan pandangannya dengan ajaran agama, menjelaskan bahwa riba telah dilarang oleh semua agama Abrahamik, termasuk Islam. Namun, dalam ekonomi modern, riba diubah citranya sebagai pertumbuhan ekonomi, sehingga banyak orang tidak lagi melihat bahaya jangka panjang yang ditimbulkannya. Video ini menyerukan kepada semua orang untuk sadar akan dampak dari sistem bunga ini dan mencari cara untuk keluar dari ketergantungan pada riba.

Video ini juga menjadi bentuk ajakan dari Khabib kepada para pengikutnya untuk turut serta dalam gerakan yang lebih besar dalam menentang sistem keuangan yang eksploitatif ini. Khabib tidak hanya berbicara tentang masalahnya, tetapi juga menawarkan solusi berupa ajakan untuk bergabung dengan apa yang disebutnya sebagai "revolusi uang," sebuah upaya global untuk membangun sistem keuangan yang lebih adil dan bebas riba.

Dalam video "Generation of Riba," Khabib memulai dengan menjelaskan bahwa dunia saat ini telah terjebak dalam jeratan riba, di mana seluruh generasi telah dibentuk untuk menerima sistem ini sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Riba, yang dulu dianggap sebagai bentuk eksploitasi dan dilarang oleh berbagai agama besar, kini dijadikan alat untuk memperkaya segelintir orang dengan mengorbankan yang lain. Khabib menyampaikan bahwa sejarah mencatat, dari Plato hingga agama-agama Abrahamik, semua menentang riba karena sifatnya yang merugikan bagi masyarakat luas.

Dalam video ini juga disoroti bagaimana sistem riba memaksa individu untuk meminjam uang guna membeli barang-barang yang sebetulnya tidak mampu mereka beli, seperti mobil dan rumah. Orang-orang percaya bahwa mereka memiliki aset, padahal kenyataannya mereka hanya membeli utang yang harus dilunasi selama bertahun-tahun. Sistem ini menciptakan beban finansial yang berat, di mana individu harus terus membayar bunga tanpa benar-benar memiliki apa-apa. Bahkan, video ini menggambarkan bagaimana bank-bank menggunakan uang masyarakat untuk meminjamkan kembali dengan bunga yang tinggi, menghasilkan keuntungan besar bagi mereka yang sudah kaya.

Khabib kemudian menegaskan bahwa riba tidak hanya merusak ekonomi individu, tetapi juga ekonomi global. Negara-negara berkembang sering kali terjerat dalam utang besar yang tidak mungkin mereka lunasi, menyebabkan ketergantungan ekonomi pada negara-negara yang lebih kuat. Sistem ini memperparah kemiskinan di seluruh dunia dan memperkuat jurang antara yang kaya dan yang miskin. Dalam video tersebut, Khabib menawarkan solusi berupa partisipasi dalam gerakan global yang bertujuan untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan tidak bergantung pada riba.


72 Triliun Utang Pinjol Mencekik Masyarakat Indonesia

Melansir dari VIVA News, pada Agustus 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa total utang masyarakat Indonesia melalui pinjaman online (pinjol) telah mencapai angka yang mengejutkan, yaitu Rp 72,03 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 35,62 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyatakan bahwa lonjakan ini memperlihatkan ketergantungan masyarakat pada layanan pinjaman fintech peer-to-peer (P2P) lending semakin meningkat.

Fenomena utang pinjol ini sejalan dengan isu yang diangkat dalam video "Generation of Riba" yang dirilis oleh Khabib Nurmagomedov. Khabib menyoroti bagaimana riba telah menjadi jebakan finansial bagi banyak orang, termasuk mereka yang meminjam melalui layanan berbunga tinggi seperti pinjaman online. Sistem riba ini memperbudak masyarakat dengan janji kemudahan mendapatkan barang yang sebenarnya tidak mereka mampu beli, sementara mereka terperangkap dalam utang yang sulit dilunasi. Hal ini mengakibatkan beban finansial yang terus menumpuk dan memperparah kesenjangan ekonomi.

Kondisi yang terjadi di Indonesia dengan lonjakan utang pinjol mencerminkan apa yang Khabib sampaikan dalam videonya tentang dampak riba. Banyak warga yang terjebak dalam sistem ini, terpaksa meminjam untuk kebutuhan mendesak atau konsumtif, namun akhirnya kesulitan melunasi karena bunga yang terus bertambah. Sistem riba, baik dalam bentuk tradisional maupun digital seperti pinjol, kian memperlebar jurang antara masyarakat yang kaya dan miskin, dan menjadikan mereka yang tidak mampu semakin tertekan oleh beban ekonomi yang berat.





"Generasi Riba itu NYATA di Indonesia, data menunjukkan : 37% Gagal Bayar Pinjol Disumbang Milenial dan Gen Z"

Data mengejutkan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Melansir dari MetroTV News dalam artikel berjudul "37% Gagal Bayar Pinjol Disumbang Milenial dan Gen Z" yang diterbitkan pada 7 September 2024, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyebutkan bahwa generasi milenial dan Gen Z (usia 19-34 tahun) menyumbang 37,17 persen dari total kasus wanprestasi atau gagal bayar (TWP 90 hari) pada perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol).  Agusman, mengungkapkan bahwa angka ini menjadi salah satu indikator meningkatnya ketergantungan generasi muda pada fintech peer-to-peer (P2P) lending. Fenomena ini mencerminkan krisis yang lebih dalam: generasi muda terperangkap dalam sistem riba digital yang kian sulit dihindari.

Fenomena ini menggema dengan pesan Khabib Nurmagomedov dalam video "Generation of Riba". Khabib mengkritik keras bagaimana masyarakat modern, terutama generasi muda, telah terperangkap dalam sistem bunga atau riba. Sistem ini, menurut Khabib, dijadikan alat oleh bank dan institusi keuangan untuk mengeksploitasi mereka yang tidak mampu, menciptakan ketidakadilan ekonomi yang semakin besar. Generasi milenial dan Gen Z yang tertarik dengan kemudahan akses pinjaman cepat melalui aplikasi fintech, berisiko terjebak dalam siklus utang yang semakin sulit dilunasi.

Puncak Kehancuran Generasi Riba, Lahirnya Generasi baru anti Riba.  

Fenomena tingginya gagal bayar pinjol yang melibatkan generasi milenial dan Gen Z, sebagaimana diungkapkan dalam laporan MetroTV News, adalah bukti nyata bahwa kita sedang berada di puncak kehancuran yang disebabkan oleh generasi riba. Pesan ini sangat sejalan dengan apa yang disampaikan Khabib Nurmagomedov dalam video "Generation of Riba". Khabib menyoroti bagaimana riba telah menjadi instrumen perbudakan finansial, yang memperdaya generasi muda ke dalam siklus utang yang sulit dihindari. Riba, dalam bentuk bunga pinjaman yang terus membengkak, menghancurkan potensi generasi milenial dan Gen Z, membuat mereka terperangkap dalam utang yang terus membebani kehidupan finansial mereka. Kemudahan akses pinjol yang menjanjikan solusi instan telah berubah menjadi lingkaran setan utang, yang semakin sulit dilunasi.

Krisis ini memperlihatkan betapa riba telah merusak tatanan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dalam video tersebut, Khabib mengkritik keras sistem riba yang tidak hanya menghancurkan ekonomi pribadi tetapi juga merusak perekonomian global. Di Indonesia, fenomena pinjol yang menjerat milenial dan Gen Z menunjukkan bagaimana riba modern, baik dalam bentuk digital maupun tradisional, telah menimbulkan krisis yang semakin parah. Generasi yang seharusnya menjadi pilar kebangkitan ekonomi justru menjadi korban dari sistem yang dirancang untuk menguntungkan segelintir pihak, sementara yang lain terpuruk dalam utang. Ini adalah pengulangan siklus kehancuran yang dialami oleh negara-negara seperti Yunani dan Venezuela, yang ekonominya runtuh karena ketergantungan pada utang berbunga tinggi.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mulai meninggalkan praktik riba yang terbukti menghancurkan peradaban. Sejarah telah membuktikan bahwa riba tidak hanya menghancurkan ekonomi individu tetapi juga menjerumuskan negara ke dalam krisis yang mendalam. Negara-negara yang terjebak dalam utang berbunga tinggi sering kali tidak mampu keluar dari lingkaran kehancuran tersebut. Saatnya generasi baru bangkit sebagai generasi anti riba, membangun sistem keuangan yang lebih adil dan bebas dari bunga eksploitatif. Dengan demikian, kita dapat mencegah kehancuran yang lebih besar dan menciptakan masa depan yang lebih stabil, sejahtera, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Lahirnya generasi baru anti riba merupakan angin segar dalam menghadapi dominasi sistem keuangan berbasis bunga yang merusak. Generasi ini muncul dengan kesadaran yang semakin tinggi akan bahaya riba, baik bagi individu maupun perekonomian secara luas. Mereka menyadari bahwa riba tidak hanya memperparah ketimpangan sosial, tetapi juga menghalangi terciptanya kesejahteraan yang merata. Dengan teknologi dan akses informasi yang semakin terbuka, generasi baru ini mulai mencari alternatif yang lebih etis dan berkelanjutan, seperti sistem keuangan syariah, crowdfunding, dan model bisnis yang bebas bunga. Mereka bertekad untuk membangun tatanan ekonomi yang lebih adil, dimana setiap individu dapat tumbuh dan berkembang tanpa harus terjerat dalam jebakan utang berbunga tinggi. Generasi anti riba ini berperan penting dalam mendorong perubahan besar menuju ekonomi yang lebih manusiawi dan berkeadilan.


Editorial Picks.
Redaksi : Muhammad Naufal Taftazani, S.H.