Banyuwangi - Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dengan peristiwa segerombolan massa dengan kendaraan bermotor, yang melakukan aksi pemukulan terhadap dua Santri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri hingga terluka. Dan gerombolan massa tersebut datang kembali, dilengkapi senjata tajam dan besi untuk melakukan penyerangan dan pelemparan batu di Ponpes tersebut. (info pemukulan santri lirboyo )
Ditambah peristiwa tentang kejadian dua pemuda kokam Muhammadiyah di Klaten, yang dikeroyok oleh beberapa orang yang sedang mabuk di malam pergantian tahun baru. Mereka tidak terima kegiatan diminta untuk dihentikan. (berita pemukulan kader Kokam di Klaten)
Menyikapi hal tersebut pada pertemuan rutin ahad pagi jamaah Majelis Silaturahim Aktivis Islam (MSAI) Banyuwangi, bertempat di rumah Bapak Edi Bajak, salah satu aktivis LSM di Banyuwangi, membahas tentang langkah-langkah yang harus diambil, agar peristiwa tersebut tidak terjadi di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
KH. Moh Gufron Lc selaku ketua forum jamaah MSAI Kabupaten Banyuwangi, sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Ladunna, Cluring, Kabupaten Banyuwangi, meminta agar jamaahnya memediasi, untuk para tokoh dan ulama di Banyuwangi bisa duduk bersama.
Dengan harapan hasil diskusi dan musyawarah para tokoh tersebut, dapat menjadi sumbangsih pemikiran dalam menciptakan kondisi tatanan masyarakat Banyuwangi yang tenang damai dan dinamis.
Drs Haji Agus Iskandar ( Ketua Yayasan Masjid Al Hilal Banyuwangi ), beliau mengusulkan bahwa Kita harus melakukan silaturahim, ke para tokoh dan kyai yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Terutama yang memiliki pondok pesantren, agar senantiasa untuk berhati-hati dan mawas diri, dalam setiap waktu dan keadaan. Beliau juga berharap agar di setiap pesantren ada kegiatan pendidikan berupa olahraga beladiri. Hal ini penting di samping untuk menjaga kesehatan para santri, juga untuk mempertahankan diri, ketika ada ancaman dari luar pondok pesantren.
(Reporter : YUDO)